Kamis, 30 September 2010

serulah ia dengan lembut, orang yg keras itu akan sangat mudah luntur dan menyerah pada orang yg lembut

salah seorang Ulama besar dimasanya, Alhabib ALi bin Abdurrahman Alhabsyi, beliau adalah Musnid, ahli pakar hadits, beliau dimakamkan di Kwitang, Jakarta.
dimasa hidupnya ada seorang yg sangat benci padanya, maka habib ali memerintah muridnya utk selalu mengirim sembako utk orang yg sangat benci padanya itu, tapi jangan sampai orang itu tahu bahwa sembako adalah dari hb ali, demikian berjalan bertahun tahun, orang itu terus mencaci maki hb ali tanpa tahu bahwa sembako itu adalah dari hb ali,.
sampai hb ali wafat, maka tentunya sembako berhenti, maka orang bertanya pada murid hb ali, mana jatah sembako saya yg biasa anda bawakan..??, maka murid hb ali berkata : :itu sembako bukan dari saya, itu dari habib ali..!, orang yg paling kau benci..!, beliau sekarang sudah wafat, saya tak akan pernah memberimu, memang daridulu saya sudah benci padamu namun habib ali yg memaksa saya mengantar sembako2 itu..!",
orang ini berubah total...,
puluhan tahun kemudian,
ketika cucu hb ali yaitu hb Amin Alhabsyi selesai khutbah ied di Masjid Kwitang, maka datang seorang kakek kakek dengan gemetar mendekatinya.., dan menciumi hb Amin, lalu iamenjelaskan bahwa dia orang yg dulu diberi sembako, iapun bercerita dg riwayat diatas..
demikianlah saudariku, senjata akhlak adalah senjata terkuat menghancurkan sifat yg keras

sumber: tausyiyah habib abdurrahman bin abdulloh bin ali alhabsyi  ( cucu habib ali kwitang )

wali songo sanadnya sampai ahlul badr dan sayidina muhammad saw

setelah perang Badr selesai tidak semuanya wafat, tetapi ada beberapa yang wafat dan ada yang masih hidup, diantara yang hidup itu terus hidup hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wafat. Dan ketika masa khalifah Abu Bakr As Shiddiq Ra maka di saat itu banyak pemberontakan di beberapa wilayah, diantaranya di Yaman, maka penguasa di kota Tarim Hadramaut meminta bantuan dari khalifah Abu Bakr As Shiddiq untuk mengirim pasukan, karena banyak pemberontak yang memberontak terhadap kekhalifahan Abu Bakr As Shiddiq, maka dikirimlah para pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadrmaut, dan disana ada gunung yang disebut Jabal Khailah (gunung kuda), mengapa disebut gunung kuda?, karena disitulah turunnya kuda-kuda ahlu Badr yang datang dari Madinah diutus oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra ke kota Tarim Hadramaut untuk berjihad disana, sebagian diantara mereka wafat dan dimakamkan di Tarim hingga sekarang kuburnya dikenal dengan kuburan ahlu Badr karena disana dimakamkan beberapa oarng ahlu Badr, dan sejak itulah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut, kemudian cucunya Al Iman Ali Bin Alawy Khali' Qasm membangun pemakaman Zanbal di sekitar pemakaman Ahlu Badr, hal ini menunjukkan bahwa para sahabat dan para ahlu bait Rasul ingin selalu berdampingan, para habaib kita selalu ingin dengat dengan para sahabat Ra, maka disanalah makam Al Imam Haddad, makam Al Imam Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawy, makam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas, makam Al Imam Abdullah bin Abu Bakr Al Aidarus, makam Al Imam Abdurrahman As Saggaf, semua berdampingan dengan kuburan ahlu Badr radiyallahu 'anhum. Dan sebagian dari mereka berangkat ke pulau Jawa, 9 orang menuju Gujarat kemudian ke Jawa dan meyebarkan Islam dan mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo, dimana mereka dari Gujarat yang berasal dari Yaman, para keturunan Al Imam Faqih Muqaddam, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir. Kita lihat sanadnya Islam di Indonesia yang bersambung yang berasal dari para da'i yang berasal dari Tarim Hadramaut, siapa mereka? Mereka adalah para ahlu bait Rasulullah, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir yang hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut. Kita lihat sanadnya dari zaman Rasululullah ke zaman sayyidina Abu Bakar As Shiddiq kemudian Abu Bakr mengirim pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut berjihad di Tarim dan sebagian wafat, kemudian perjuangan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab, khalifah Utsman, dan khalifah Ali bin Abi Thalib hingga sampai kepada Al Imam Ahmad Al Muhajir yang akhirnya juga hijrah juga ke Tarim dan bergabung lagi dengan para ahlu Badr yang dimakamkan di sana, dan dari sana sampailah ke Indonesia ini, jadi sanad kita ini sebenarnya tersambung kepada ahlu Badr radiyallahu 'anhum waardhahum.,

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa'i, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah SAW.
Anas bercerita, "Pada suatu hari kamu duduk bersama Rasulullah SAW., kemudian beliau bersabda, "Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga." Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri."

Esok harinya, Rasulullah SAW. berkata begitu juga, "Akan datang seorang lelaki penghuni surga." Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.
Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian dia berkata kepadanya dia berkata kepadanya, "Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?"

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidulah Abdullah di rumah orang itu selaga tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.
Kata Abdullah, "Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, "Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga." Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu."

Lalu orang itu berkata, "Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan". Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, "Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka." Lalu Abdullah bin Amr berkata, "Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah SWT, akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim, hanya karena kita duga pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. "Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan, " kata Abdullah bin Amr (Hayat Al-Shahabah, II, 520-521).

Pada halaman yang sama, Al-Kandahlawi menceritakan suatu hadis tentang sahabat Nabi yang bernama Abu Dujanah. Ketika Abu Dujanah sakit keras, sahabat yang lain berkunjung kepadanya.
Tetapi menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah tetap memancarkan cahayanya, bahkan pada akhir hayatnya. Kemudian sahabatnya bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan wajah Anda bersinar?" Abu Dujanah menjawab, "Ada amal yang tidak pernah kutinggalkan dalam hidup ini. Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Kedua, aku selalu mengahadapi sesama kaum Muslim dengan hati yang bersih, yang oleh Al-Quran disebut qalbun salim".

Al-Quran menyebut kata qalbun salim ini ketika Allah SWT. berfirman tentang suatu hari di hari kiamat, ketika tidak ada orang yang selamat dengan harta dan kekayaannya kecuali yang membawa hati yang bersih.
Pada hari itu tidak ada manfaatnya di hadapan Allah SWT, harta dan anak-anak kecuali orang yang datang dengan hati yang bersih (QS 26:88-89).
Di dalam Islam, Rasulullah yang mulia sejak awal dakwahnya mengajarkan kepada kaum Muslim untuk memperlakukan kaum Muslim yang lain sebagai saudara-saudaranya. Al-Quran mengatakan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah menjalin persaudaraan dengan sesama kaum beriman lain. Al-Quran menggunakan kalimat yang disebut adat al-hasr, yaitu "innama" -artinya yang tidak sanggup memelihara persaudaraan itu tidak termasuk orang yang beriman.

Imam Al-Ghazali ketika menyebutkan ayat ini juga menegaskan bahwa orang yang beriman sajalah yang dapat memelihara persaudaraan dengan sesama kaum Muslim. Hanya yang beriman yang bisa menumbuhkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Rasulullah SAW. menegaskan ayat ini dengan sabdanya : "Tidak beriman di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri."
Rasulullah yang mulia menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah mempunyai kecintaan yang tulus terhadap kaum Muslim. Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW. bersabda : "Agama adalah kecintaan yang tulus."

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya, Ad-Durr Al-Mantsur. Ketika sampai pada ayat yang mengatakan bahwa Allah menolak segolongan manusia dengan segolongan manusia yang lain, pada surah Al-Baqarah, As-Suyuthi meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Setiap masa ada orang yang sangat dekat dengan Allah (yang oleh Rasulullah disebut ABDAL). Kalau salah seorang di antara mereka mati, maka Allah akan menggantikannya dengan orang lain. Begitulah orang itu selalu ada di tengah-tengah masyarakat."

Rasulullah mengatakan bahwa berkat kehadiran mereka Allah menyelamatkan suatu masyarakat dari bencana. Karena merekalah Allah menurunkan hujan, karena merekalah Allah menumbuhkan tetanaman, dan karena merekalah Allah mengidupkan dan mematikan. Sehingga para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Apa maksudnya karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?" Rasulullah menjawab : "Kalau mereka berdoa agar Allah memanjangkan usia seseorang, maka Allah panjangkan usianya. Kalau mereka berdoa agar orang zalim itu binasa, maka Allah binasakan mereka". Kemudian Rasulullah bersabda : "Orang ini mencapai kedudukan yang tinggi bukan karena banyak shalatnya, bukan karena banyak puasanya, bukan pula karena banyaknya ibadah hajinya, tetapi karena dua hal : yaitu memiliki sifat kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada sesama kaum Muslim."