Kamis, 30 September 2010

serulah ia dengan lembut, orang yg keras itu akan sangat mudah luntur dan menyerah pada orang yg lembut

salah seorang Ulama besar dimasanya, Alhabib ALi bin Abdurrahman Alhabsyi, beliau adalah Musnid, ahli pakar hadits, beliau dimakamkan di Kwitang, Jakarta.
dimasa hidupnya ada seorang yg sangat benci padanya, maka habib ali memerintah muridnya utk selalu mengirim sembako utk orang yg sangat benci padanya itu, tapi jangan sampai orang itu tahu bahwa sembako adalah dari hb ali, demikian berjalan bertahun tahun, orang itu terus mencaci maki hb ali tanpa tahu bahwa sembako itu adalah dari hb ali,.
sampai hb ali wafat, maka tentunya sembako berhenti, maka orang bertanya pada murid hb ali, mana jatah sembako saya yg biasa anda bawakan..??, maka murid hb ali berkata : :itu sembako bukan dari saya, itu dari habib ali..!, orang yg paling kau benci..!, beliau sekarang sudah wafat, saya tak akan pernah memberimu, memang daridulu saya sudah benci padamu namun habib ali yg memaksa saya mengantar sembako2 itu..!",
orang ini berubah total...,
puluhan tahun kemudian,
ketika cucu hb ali yaitu hb Amin Alhabsyi selesai khutbah ied di Masjid Kwitang, maka datang seorang kakek kakek dengan gemetar mendekatinya.., dan menciumi hb Amin, lalu iamenjelaskan bahwa dia orang yg dulu diberi sembako, iapun bercerita dg riwayat diatas..
demikianlah saudariku, senjata akhlak adalah senjata terkuat menghancurkan sifat yg keras

sumber: tausyiyah habib abdurrahman bin abdulloh bin ali alhabsyi  ( cucu habib ali kwitang )

wali songo sanadnya sampai ahlul badr dan sayidina muhammad saw

setelah perang Badr selesai tidak semuanya wafat, tetapi ada beberapa yang wafat dan ada yang masih hidup, diantara yang hidup itu terus hidup hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wafat. Dan ketika masa khalifah Abu Bakr As Shiddiq Ra maka di saat itu banyak pemberontakan di beberapa wilayah, diantaranya di Yaman, maka penguasa di kota Tarim Hadramaut meminta bantuan dari khalifah Abu Bakr As Shiddiq untuk mengirim pasukan, karena banyak pemberontak yang memberontak terhadap kekhalifahan Abu Bakr As Shiddiq, maka dikirimlah para pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadrmaut, dan disana ada gunung yang disebut Jabal Khailah (gunung kuda), mengapa disebut gunung kuda?, karena disitulah turunnya kuda-kuda ahlu Badr yang datang dari Madinah diutus oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra ke kota Tarim Hadramaut untuk berjihad disana, sebagian diantara mereka wafat dan dimakamkan di Tarim hingga sekarang kuburnya dikenal dengan kuburan ahlu Badr karena disana dimakamkan beberapa oarng ahlu Badr, dan sejak itulah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut, kemudian cucunya Al Iman Ali Bin Alawy Khali' Qasm membangun pemakaman Zanbal di sekitar pemakaman Ahlu Badr, hal ini menunjukkan bahwa para sahabat dan para ahlu bait Rasul ingin selalu berdampingan, para habaib kita selalu ingin dengat dengan para sahabat Ra, maka disanalah makam Al Imam Haddad, makam Al Imam Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawy, makam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas, makam Al Imam Abdullah bin Abu Bakr Al Aidarus, makam Al Imam Abdurrahman As Saggaf, semua berdampingan dengan kuburan ahlu Badr radiyallahu 'anhum. Dan sebagian dari mereka berangkat ke pulau Jawa, 9 orang menuju Gujarat kemudian ke Jawa dan meyebarkan Islam dan mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo, dimana mereka dari Gujarat yang berasal dari Yaman, para keturunan Al Imam Faqih Muqaddam, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir. Kita lihat sanadnya Islam di Indonesia yang bersambung yang berasal dari para da'i yang berasal dari Tarim Hadramaut, siapa mereka? Mereka adalah para ahlu bait Rasulullah, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir yang hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut. Kita lihat sanadnya dari zaman Rasululullah ke zaman sayyidina Abu Bakar As Shiddiq kemudian Abu Bakr mengirim pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut berjihad di Tarim dan sebagian wafat, kemudian perjuangan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab, khalifah Utsman, dan khalifah Ali bin Abi Thalib hingga sampai kepada Al Imam Ahmad Al Muhajir yang akhirnya juga hijrah juga ke Tarim dan bergabung lagi dengan para ahlu Badr yang dimakamkan di sana, dan dari sana sampailah ke Indonesia ini, jadi sanad kita ini sebenarnya tersambung kepada ahlu Badr radiyallahu 'anhum waardhahum.,

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa'i, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah SAW.
Anas bercerita, "Pada suatu hari kamu duduk bersama Rasulullah SAW., kemudian beliau bersabda, "Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga." Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri."

Esok harinya, Rasulullah SAW. berkata begitu juga, "Akan datang seorang lelaki penghuni surga." Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.
Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian dia berkata kepadanya dia berkata kepadanya, "Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?"

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidulah Abdullah di rumah orang itu selaga tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.
Kata Abdullah, "Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, "Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga." Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu."

Lalu orang itu berkata, "Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan". Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, "Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka." Lalu Abdullah bin Amr berkata, "Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah SWT, akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim, hanya karena kita duga pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. "Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan, " kata Abdullah bin Amr (Hayat Al-Shahabah, II, 520-521).

Pada halaman yang sama, Al-Kandahlawi menceritakan suatu hadis tentang sahabat Nabi yang bernama Abu Dujanah. Ketika Abu Dujanah sakit keras, sahabat yang lain berkunjung kepadanya.
Tetapi menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah tetap memancarkan cahayanya, bahkan pada akhir hayatnya. Kemudian sahabatnya bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan wajah Anda bersinar?" Abu Dujanah menjawab, "Ada amal yang tidak pernah kutinggalkan dalam hidup ini. Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Kedua, aku selalu mengahadapi sesama kaum Muslim dengan hati yang bersih, yang oleh Al-Quran disebut qalbun salim".

Al-Quran menyebut kata qalbun salim ini ketika Allah SWT. berfirman tentang suatu hari di hari kiamat, ketika tidak ada orang yang selamat dengan harta dan kekayaannya kecuali yang membawa hati yang bersih.
Pada hari itu tidak ada manfaatnya di hadapan Allah SWT, harta dan anak-anak kecuali orang yang datang dengan hati yang bersih (QS 26:88-89).
Di dalam Islam, Rasulullah yang mulia sejak awal dakwahnya mengajarkan kepada kaum Muslim untuk memperlakukan kaum Muslim yang lain sebagai saudara-saudaranya. Al-Quran mengatakan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah menjalin persaudaraan dengan sesama kaum beriman lain. Al-Quran menggunakan kalimat yang disebut adat al-hasr, yaitu "innama" -artinya yang tidak sanggup memelihara persaudaraan itu tidak termasuk orang yang beriman.

Imam Al-Ghazali ketika menyebutkan ayat ini juga menegaskan bahwa orang yang beriman sajalah yang dapat memelihara persaudaraan dengan sesama kaum Muslim. Hanya yang beriman yang bisa menumbuhkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Rasulullah SAW. menegaskan ayat ini dengan sabdanya : "Tidak beriman di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri."
Rasulullah yang mulia menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah mempunyai kecintaan yang tulus terhadap kaum Muslim. Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW. bersabda : "Agama adalah kecintaan yang tulus."

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya, Ad-Durr Al-Mantsur. Ketika sampai pada ayat yang mengatakan bahwa Allah menolak segolongan manusia dengan segolongan manusia yang lain, pada surah Al-Baqarah, As-Suyuthi meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Setiap masa ada orang yang sangat dekat dengan Allah (yang oleh Rasulullah disebut ABDAL). Kalau salah seorang di antara mereka mati, maka Allah akan menggantikannya dengan orang lain. Begitulah orang itu selalu ada di tengah-tengah masyarakat."

Rasulullah mengatakan bahwa berkat kehadiran mereka Allah menyelamatkan suatu masyarakat dari bencana. Karena merekalah Allah menurunkan hujan, karena merekalah Allah menumbuhkan tetanaman, dan karena merekalah Allah mengidupkan dan mematikan. Sehingga para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Apa maksudnya karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?" Rasulullah menjawab : "Kalau mereka berdoa agar Allah memanjangkan usia seseorang, maka Allah panjangkan usianya. Kalau mereka berdoa agar orang zalim itu binasa, maka Allah binasakan mereka". Kemudian Rasulullah bersabda : "Orang ini mencapai kedudukan yang tinggi bukan karena banyak shalatnya, bukan karena banyak puasanya, bukan pula karena banyaknya ibadah hajinya, tetapi karena dua hal : yaitu memiliki sifat kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada sesama kaum Muslim."

Selasa, 28 September 2010

doa 3 orang pemuda di dalam gua (Bentuk Tawassul Yang disyari’atkan)

Dari Nafi’ diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga orang dari umat sebelum kalian yang sedang mengadakan perjalanan. Tiba-tiba mereka ditimpa oleh hujan, maka mereka berteduh di dalam sebuah gua. (Tanpa disangka), gua tersebut menyekap mereka, (karena pintunya tertutup oleh sebuah batu besar). Maka ada sebagian dari mereka yang berkata kepada yang lain: “Demi Allah, tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian kecuali sifat jujur (keikhlasan), oleh karenanya, saya harap agar masing-masing kalian berdo’a (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan perantara (wasilah) suatu amal yang dia yakin dikerjakan dengan penuh kejujuran (keikhlasan).

Seorang dari mereka berdo’a: “Ya Allah, Engkau tahu bahwa dulu aku punya seorang pekerja yang bekerja padaku dengan imbalan 3 gantang padi. Tapi, tiba-tiba dia pergi dan tidak mengambil upahnya. Kemudian aku ambil padi tersebut lalu aku tanam dan dari hasilnya aku belikan seekor sapi. Suatu saat, dia datang kepadaku untuk menagih upahnya. Aku katakan padanya, ‘Pergilah ke sapi-sapi itu dan bawalah dia’. Dia balik berkata, ‘Upahku yang ada padamu hanyalah 3 gantang padi’. Maka aku jawab, ‘Ambillah sapi-sapi itu, sebab sapi-sapi itu hasil dari padi yang tiga gantang dulu’. Akhirnya dia ambil juga. (Ya Allah), bila Engkau tahu bahwa apa yang aku perbuat itu hanya karena aku takut kepadaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini).” Tiba-tiba batu besar (yang menutupi gua itu) bergeser.
Seorang lagi berdo’a: “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku mempunyai bapak-ibu yang sudah tua. Setiap malam aku membawakan untuk keduanya susu dari kambingku. Suatu malam aku datang terlambat pada mereka. Aku datang kala mereka sudah tidur lelap. Saat itu, isteri dan anak-anakku berteriak kelaparan. Biasanya aku tidak memberi minum buat mereka sehingga kedua orang tuaku terlebih dahulu minum. Aku enggan membangunkan mereka, aku juga enggan meninggalkan mereka sementara mereka butuh minum susu tersebut. Maka, aku tunggu mereka (bangun) sampai fajar menyingsing. (Ya Allah), bila Engkau tahu bahwa hal tersebut aku kerjakan hanya karena takut padaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini). Tiba-tiba batu besar itu bergeser lagi.
Yang lain lagi juga berdo’a: “Ya Allah, Engkau tahu aku mempunyai saudari sepupu (puteri paman), dia adalah wanita yang paling aku cintai. Aku selalu menggoda dan membujuknya (berbuat dosa) tapi dia menolak. Hingga akhirnya aku memberinya (pinjaman) 100 dinar. (Jelasnya), dia memohon uang pinjaman dariku (karena dia sangat membutuhkan dan terpaksa), maka (aku jadikan hal itu sebagai hilah untuk mendapatkan kehormatannya). Maka aku datang kepadanya membawa uang tersebut lalu aku berikan kepadanya, akhirnya dia pun memberiku kesem-patan untuk menjamah dirinya. Ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, janganlah engkau merusak cincin kecuali dengan haknya’. Maka dengan segera aku berdiri dan keluar meninggalkan uang 100 dinar itu (untuknya). Ya Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang aku kerjakan itu hanya karena aku takut kepadaMu, maka keluarkanlah kami (dari gua ini)”. Tiba-tiba bergeserlah batu itu sekali lagi, dan Allah pun mengeluarkan mereka . (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Murka Allah Atas Orang Yang Menyakiti Wali-Nya

Dari Muhammad bin Sirin, ia berkata, “Suatu ketika aku melakukan thawaf di Ka’bah, tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan, ‘Ya Allah, ampunilah aku. Tapi aku kira Engkau tidak akan mengampuniku.’ Lalu aku katakan kepadanya, ‘Hai ‘Abdullah, belum pernah aku dengar ada orang mengucapkan seperti yang engkau ucapkan itu.’ Ia mengatakan, ‘Dulu aku pernah berjanji kepada Allah bahwa bila ditakdirkan dapat menampar wajah ‘Utsman (bin ‘Affan-red.,) pastilah aku lakukan. Tatkala ia wafat dan diletakkan di atas tempat tidurnya di rumah sementara orang-orang masih berlalu lalang; keluar masuk, aku pun masuk untuk mendekatinya seakan sedang menyalatinya, lalu aku mendapatkan kesempatan, maka aku angkat pakaian dari wajah dan jenggotnya, lalu aku menamparnya. Rupanya, Allah menghukumku dengan menjadikan tangan kananku ini kering sehingga seperti kayu kering yang tidak dapat digerak-gerakkan lagi.’”
Selanjutnya, Ibn Sirin berkata, “Lalu aku melihat tangannya tersebut dan ternyata memang kering seperti yang dikatakannya.”
‘Utsman adalah khalifah ketiga yang dizhaimi. Ia telah menyerahkan urusannya kepada Rabbnya, lalu Allah pun menuntaskan masalahnya dan menjalankan Qadar untuknya serta menjadikan orang yang menzhaliminya tersebut sebagai pelajaran yang akan dikenang sepanjang zaman. Allah Maha Perkasa Lagi mempunyai balasan (siksa).

(SUMBER: Nihaayah azh-Zhaalimiiin karya Ibrahim ‘Abdullah al-Hazimy, Juz.III, h.26 seperti yang dinukilnya dari kitab al-Bidaayah Wa an-Nihaayah, Taariikh al-Bukhari dan Taariikh ath-Thabary)

MUROBBI PARA WALI SONGO SANADNYA SAMPAI ALMUSTHOFA SAYIDINA MUHAMMAD SAW

Syekh Jumadil Qubro
Syekh Jumadil Qubro alias Jamaludin Akbar Khan dikatakan berasaldari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Ada versi yang meyakini beliausebagai keturunan ke-10 dari Sayidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.Makamnya ada di beberapa tempat, yaitu di Semarang, Trowulan, dan didesa Turgo (dekat Pelawangan), Jogjakarta. Belum diketahui yang manayang betul-betul kuburannya. Perlu di nyatakan bahawa tempat wujudnyaatau berdirinya seorang wali atau tokoh juga di panggil makam, sepertiMakam Nabi Ibrahim di Masjidil Haram. Replika makam yang asli jugaterkadang di bangun.

Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim danMaulana Ishaq bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu merekaberpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana MalikIbrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishaqmengislamkan Samudra Pasai.

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro adalah ayahdari Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq, yang menjadi ulamaternama di Indonesia. Maulana Malik Ibrahim mengislamkan KerajaanChampa, dan adiknya, Maulana Ishaq, mengislamkan Samudra Pasai. Bilademikian, beberapa Walisongo, yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) danSunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya, dan Sunan Bonang, Sunan Drajaddan Sunan Kudus adalah buyutnya. Maka bisa dikatakan bahwa paraWalisongo dapat saja merupakan keturunan etnis Uzbek, selainkemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.

Bukti yang kuat bagaimanapun dari Sayyid `Alwî b. Tâhir Al-Haddad,mantan Mufti Johor (Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh, Jakarta:Al-Maktab ad-Daimi, 1957) mengatakan mereka dari keturunan ayah adalahetnis Hadramaut yang telah berhijrah ke India. Yang pertama-tama keIndia adalah cucu Sayyid Muhammad Sohib Mirbath iaitu Sayyid AbdulMalik Al-Muhajir bin Alawi BaAlawi Al-Husaini yang telah berhijrah keNasrabad, India dan ahli keluarganya kemudian terkenal dengan kabilahAzamat Khan.

Beliau menamakan puteranya Abdullah Khan yang kemudiannya menjadi leluhur para wali-wali tersebut.

SilsilahSilsilah mereka banyak tersebar di masjid-masjid tua di Indonesia,antaranya Masjid Agung Demak, dan ia menunjukkan Syekh Jumadil Qubrosebagai generasi ke 18 dari Imam Hussain. Menempatkan beliau sebagaigenerasi ke 10 dari Imam Hussain, bagaimanapun, akan memposisikanbeliau pada era Sayyid Muhammad Sohibus Saumiah bin Alawi Awwal yanglahir pada tahun 390H (969 M) dan wafat tahun 446H (1025M). Dandaftar-daftar keturunan Imam Hussain pada era tersebut adalah antarayang paling akurat dan terpercaya.

.Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Khan bin

.Ahmad Jalaludin Khan bin

.Abdullah Khan bin

.Abdul Malik Al-Muhajir (India) bin

.Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin

.Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)

.Ali Kholi' Qosam bin

.Alawi Ats-Tsani bin

.Muhammad Sohibus Saumi'ah bin

.Alawi Awwal bin

.Ubaidullah bin

.Ahmad al-Muhajir bin

.Isa Ar-Rumi bin

.Muhammad An-Naqib bin

.Ali Uradhi bin

.Ja'afar As-Sodiq bin

.Muhammad Al Baqir bin

.Ali Zainal 'Abidin bin

.Imam Hussain

Pada posisi generasi ke 18 dari Imam Hussain, maka keberadaan mereka di Indonesia dan rantau ini pada abad ke 14 dan 15 adalah lebih aktual dan persis.

Silsilah ini juga mengatakan bahawa Maulana Ishak adalah PUTERA Maulana Ibrahim, bukan saudara sekandung seayah. Bermakna Maulana Ishak adalah CUCU Syaikh Jumadil Kubro @ Syaikh Jamaludin Akbar tersebut.

Sila rujuk penulisan sejarah keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah, oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran dan 'Umdat al-Talib oleh al-Dawudi dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur.

[sunting] Syekh Maulana AkbarPada dasarnya ada beberapa tokoh di abad 14-15 yang dianggap pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa, yang diantaranya adalah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat yang lebih sering disebut Syekh Maulana Akbar oleh kaum Sufi di tanah air. Syekh Jamaluddin Akbar besar kemungkinan adalah tokoh yang juga di panggil Syekh Jumadil Qubro seperti yang disebut di atas. Nama Jumadil Qubro (Kubro) adalah korupsi Jamaludin Akbar seperti yang di katakan oleh Martin van Bruinessen ("Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian Islam", Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150 (1994), 305-329.)

Dari beliaulah tampaknya sebagian besar Walisongo berasal seperti yang telah disebut diatas.

Di dalam Muqqadimah kitab Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan), penulis asal Bandung Muhammad Al-Baqir telah memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para muballigh Arab ke Asia Tenggara walaupun berisi banyak catatan sejarah yang menguatkan Walisongo dan Mubaligh masa awal lainnya keturunan Hadramawt, tapi satu kesimpulan bahwa Syekh Mawlana Akbar sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar adalah satu hal yang belum dapat dikonfirmasi sumber sejarah lain. Sementara riwayat turun-temurun kaum Sufi di Jawa Barat menyebutkan Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, satu klaim yang juga belum bisa diperkuat sumber sejarah lain.

Yang bisa dipastikan adalah tiga orang putra beliau meneruskan dakwah di Asia Tenggara hingga Nusantara yaitu Ibrahim Akbar (ayahanda Sunan Ampel) bermarkas di Champa, Ali Nuralam Akbar (kakek Sunan Gunung Jati) bermarkas di Pasai dan Zainal Alam Barakat. Silsilah Syekh Maulana Akbar Gujarat yang bernama asli Jamaluddin Akbar ini adalah putra Ahmad Jalal Syah, putra Abdullah Khan, putra Abdul Malik, putra Alwi, putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, seorang ulama besar Hadramaut, Yaman, di abad 12 M.

Syekh Muhammad Shahib Mirbath adalah putra Ali, putra Alwi, putra Muhammad, putra Alwi, putra Ubaidillah, putra Ahmad Al Muhajir, putra Isa Al Rumi, putra Muhammad An Naqib, putra Ali Uraidhi, putra Imam Jafar Shadiq, putra Imam Muhammad Al Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husain, putra Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah, dari pernikahan dengan Sayyidah Fatimah Az Zahra putri kesayangan Nabi Muhammad SAW.

Syekh QuroSelain keluarga Syekh Maulana Akbar Gujarat, ada lagi Syekh Quro, muballigh asal Mekah bernama asli Hasanuddin yang bermarkas di Karawang makamnya ada di desa Pulo Kalapa, Lemahabang, Karawang. Syekh Quro ini kemudian menjadi sangat terkenal karena menjadi Guru bagi Nyai Subang Larang di masa gadisnya. Nyai Subang Larang yang terkenal karena kehalusan budi dan kecantikannya kemudian dinikahi Raden Manahrasa dari dinasti Siliwangi, yang kemudian hari setelah menjadi Raja mendapat gelar Sri Baduga Maharaja.

Syekh Datuk KahfiKemudian datanglah Syekh Datuk Kahfi, muballigh asal Baghdad memilih markas di Pelabuhan Muara Jati (kota Cirebon sekarang). Beliau bernama asli Idhafi Mahdi. Makam beliau ada di Gunung Jati satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati. Majelis pengajian beliau menjadi sangat terkenal karena didatangi Nyai Rara Santang dan Kiyan Santang (Pangeran Cakrabuwana) yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahan dengan Raja Pajajaran dari dinasti Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu (dipertemukan) dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Syekh Khaliqul IdrusSetelah kedatangan Syekh Datuk Kahfi, di Jepara mendaratlah seorangmuballigh Parsi yang riwayat turun temurun bagi orang Sunda dan Jawadipanggil Syekh Khaliqul Idrus. Menurut suatu penelitian, beliaudiperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq dengan laqob Al-Idrus putraSyekh Muhammad Al-Alsiy yang wafat di Isfahan, Parsi. Syekh KhaliqulIdrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Maulana Akbar yangkemudian melahirkan Raden Muhammad Yunus. Raden Muhammad Yunus kemudianmenikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong AgungJepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit diJepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang dikemudian harimenjadi menantu Raden Patah, dengan gelar Adipati Bin Yunus yangmasyarakat lebih mudah memnggil dengan Pati Unus yang setelah gugur diMalaka 1521, dipanggil dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.

Silsilah Syekh Khaliqul Idrus yang bernama asli Abdul KhaliqAl-Idrus, adalah putra Muhammad Al Alsiy, putra Abdul Muhyi Al Khoyri,putra Muhammad Akbar Al Ansari, putra Abdul Wahhab, putra Yusuf AlMukhrowi, putra Muhammad Al Faqih Al Muqaddam, seorang ulama sangatterkenal di abad 13 di Hadramaut, Yaman, yang merupakan putra dari Ali,putra Muhammad Shahib Mirbath.

Di titik Muhammad Shahib Mirbath bertemulah silsilah Syekh MaulanaAkbar Gujarat (yang merupakan kakek-buyut bagi sebagian besar Walisongodan cikal bakal Keraton Cirebon dan Keraton Banten dan leluhur bagipara kyai pesantren di seluruh pesisir Pulau Jawa), dengan silsilahSyekh Khaliqul Idrus (kakek buyut Pangeran Sabrang Lor dan cikal bakalbeberapa dinasti di Jawa Barat seperti dinasti Muhammad Wangsa (Bogor),dinasti Kusumahdinata (Sumedang) dan dinasti Wiradadaha (Tasikmalaya)).

Lihat pula: Pangeran Sabrang Lor

Bukti-bukti dan analisa sejarah yang memperkuat pendapat Walisongo keturunan HadramautWalaupun masih ada pendapat lain seperti menyebut dari Samarkand(Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, tampaknya itu semua adalahjalur penyebaran para Mubaligh dari Hadramawt yang sebagian besarnyaadalah kaum Sayyid (Syarif). Beberapa buktinya (no 1 dan 2) adalahsebagian dari yang telah dikumpulkan oleh penulis Muhammad Al Baqirdalam Thariqah Menuju Kebahagiaan:

L.W.C Van Den Berg dalam bukunya Le Hadramawt et Les ColoniesArabes dans l’Archipel Indien (1886) mengatakan:”Adapun hasil nyatadalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orangSayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantararaja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupunada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif),tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal inidisebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif Hadramaut) adalah keturunandari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:”Pada abad XV,di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitusesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arabbercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyaijabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dankekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu dikepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, olehkarena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi MuhammadSAW). Orang-orang Arab Hadramawt membawa kepada orang-orang Hindupikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikutijejak nenek moyangnya." Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yangspesifik menyebut abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan/ atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. Abad XV inijauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaumHadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenalbermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri,Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya.Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafi’ie samaseperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar),Malaysia dan Indonesia. Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah,kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnyabermadzhab Hanafi.Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanyaMalaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena parapedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datangdari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang manaorang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian Kerala) mempunyaibahasa Malayalam, walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dariHadramawt mengingat kesamaan madzhab Syafi’ie yang sangat spesifikdengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait. Satukitab fiqh mazhab Syafi’ie yang sangat popular di Indonesia Fathul Muinpengarangnya bahkan Zainuddin Al Malabary (berasal dari tanah Malabar),satu kitab fiqh yang sangat unik karena juga memasukkan pendapat kaumSufi, bukan hanya pendapat kaum Fuqaha.Satu bukti yang sangat akurat adalah kesamaan Madzhab Syafi'ie dengancorak tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait yang sangat kental sepertikewajiban mengadakan Mawlid, membaca Diba & Barzanji, membacaberagam Sholawat Nabi, membaca doa Nur Nubuwwah (yang juga berisi doakeutamaan tentang cucu Rasul, Hasan dan Husayn) dan banyak amalanlainnya hanya terdapat di Hadramawt, Mesir, Gujarat, Malabar, Ceylon,Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Pengecualian mungkin hanyaterhadap kaum Kurdistan di segitiga perbatasan Iraq, Turki dan Iran,yang mana mereka juga bermadzhab Syafi’ie dengan corak Tasawuf yangsangat kuat dan mengutamakan ahlul bait (Kitab Mawlid Barzanji danManaqib Syekh Abdul Qadir Jilani adalah karya Ulama mereka Syekh Ja’farBarzanji) tapi tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan, bukanpesisir seperti lainnya. Analisis sejarah diatas menandakan agama Islamdari madzhab dan corak ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalurpelayaran dan perdagangan dan berasal dari satu sumber yaitu Hadramawt,karena Hadramawt adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yangmenggabungkan fiqh Syafi'ie dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaanahlul bait.Di abad 15 Raja-raja Jawa (yang berkerabat dengan Walisongo) sepertiRaden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar, yangmana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar JamaluddinAkbar cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putraAbdul Malik putra Alwi putra Muhammad Shahib Mirbath Ulama besarHadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagaiMubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara danmempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar,seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar danbanyak lainnya.




Sumber tertulis tentang Walisongo:
Ada beberapa sumber tertulis tentang Walisongo, antara lain SeratWalisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karyaSunan Giri II atau Sunan Dalem yang merupakan anak dari Sunan Giri, danjuga diceritakan cukup banyak dalam Babad Tanah Jawi.

Juga dari tulisan mantan Mufti Johor (meninggal tahun 1962),Sayyid`Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (Sejarah perkembangan Islam diTimur Jauh. Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957) yang beliau tukilantaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, Ketrangan kedatangan bungsu(sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut

Mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, SunanKudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik, sila lihat penulisan sejarahketurunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah, oleh Sayyid Alibin Abu Bakar Sakran dan 'Umdat al-Talib oleh al-Dawudi dan Syamsal-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur