Senin, 18 April 2011

NIKMAT ALLAH YANG MANAKAH YANG KITA DUSTAKAN?

Ibnu Qudamah dalam bukunya yang terkenal, At Tawwabin, mengetengahkan kisah kalajengking, kodok, dan pemabuk, seperti disampaikan oleh Dzun Nun Al-Mishri. Pertma kali saya mengetahui kisah ini dari novel Bumi Cinta karya Habiburrahman yang kemudian saya telurusi sumber aslinya.

Suatu ketika, Dzun Nun berjalan di tepian sungai. Ia melihat seekor kalajengking melompat ke punggung seekor katak. Kemudian sang katak berenang menyeberangi sungai. Dzun Nun dengan firasatanya yang tajam berkata, “Sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi dengan kalajengking ini.”

Dzun Nun terus mengikuti perjalanan kedua mahkluk Allah tersebut hingga sampai di daratan. Lalu, Dzun Nun melihat seorang pemabuk sedang teler akibat menunggak minuman keras sementara ada ular besar yang melilit pemabuk yang pingsan itu.

Di sinilah terjadi hal yang luar biasa. Kalajengking melompat ke ular. Terjadilah pertarungan yang luar biasa sengitnya. Saling menyerang, mencabik, dan berusaha membunuh. Kalajengking dan ular sama-sama berusah saling menghabisi dan mengoyak tubuh lawannya. Namun akhirnya, ular terkapar kalah tak bernyawa.

Dzun Nun membangunkan pemuda teler ini. Ia berkata: “Hai anak muda, lihatlah betapa besar kasih sayang Allah yang telah sudi menyelamatkanmu. Lihatlah kalajengking yang telah diutus-Nya untuk membinasakan ular yang hendak membunuhmu.”

Pemuda ini berkata, “Duhai Ilahi, begitu kasihnya engkau kepada hamba yang penuh dosa ini, bagaimana halnya kasihMu kepada hamba yang taat kepada-Mu?

Sebuah kisah menarik. Sarat pelajaran dan hikmah yang layak menjadi bahan renungan bagi siapa saja. Membaca kisah tersebut membuat kita yang doyan lalai ini menghela nafas, mengingat rahmat Allah yang melekat pada kita. Padahal kita acap mengolok-olok Allah, tapi Allah tetap sayang pada kita. Tidak berhenti sedetikpun kecuali anugerah-Nya melengkapi hidup ini.

Kita bisa menemukan kasih sayang Allah pada tubuh kita. Cobalah membaca buku 7 Pilar Kehidupan yang ditulis oleh M. Ratib An-Nabulsi. Di dalamnya, terpapar keteraturan struktur tubuh kita. Cukuplah di sini kita sebut beberapa di antaranya: mulai dari rambut di kepala, selaput jala mata, telinga, lidah, ludah, aliran darah, liver, sampai permukaan kulit.

Di kepala kita terdapat 300 ribu helai rambut yang tiap helainya menyimpan akar, pembuluh darah, otot, saraf, kelenjar lunak, dan kelenjar kromoson. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Di selaput jala mata kita terdapat 10 lapisan yang di dalamnya terdapat 130 juta sel dengan 400 ribu serat saraf. Di telinga kita terdapat 30 ribu sel pendengar yang memindahkan suara terhalus. Di permukaan lidah kita terdapat papilla yaitu bagian menonjol pada selaput yang berlendir di bagian atas lidah yang dengannya kita dapat merasakan manis, asam, pahit, dan asin. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Dan tahukah kita bahwa di dalam ludah mulut, terdapat 500 ribu sel yang di tiap lima detiknya yang digantikan dengan setengah juta sel baru? Di dalam setiap 1 mm darah terdapat 500 juta keeping berputar di dalam darah dengan 1.500 putaran, menempuh jarak 1.150 km. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Di dalam liver (hati) ada 300 miliar sel yang melakukan regenerasi dalam jangka waktu 4 bulan. Tanpa liver selama 3 jam sudah cukup sebagai akhir kehidupan kita.“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Di bawah permukaan kulit terdapat 15 juta pengatur suhu tubuh, yang disebut sebagai kelenjar keringat. Pada setiap kelenjar keringat terdapat satu pengatur satu pengatur suhu untuk mengatur suhu kulit dan menormlkan kelembabannya. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Semua ada karena Allah. Jantung, mata, hati, ginjal, telinga, hidung, lidah, tangan, ludah, aliran darah, dan anggota tubuh lainnya yang melekat pada diri ini adalah titipan-Nya yang diberikan secara cuma-cuma.

Wahai kita yang amalnya sedikit dibanding maksiatnya, nikmat Allah yang manakah yang telah kita dustakan? “Dan pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikannya.” (Qs. Adz-Dzariyaat: 21)

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-Araf: 23)

sumber: alhabib ali akbar bin agil (malang)